Corona Virus, SDG’s dan Kerjasama Internasional
Virus Corona saat ini sedang mengancam perekonomian global dan angka ketidakpastian hidup masyarakat dunia. Banyak Negara yang mengalami kerugian dari sektor pariwisata yang berimbas kepada laju kegiatan ekonomi yang kian merosot. Virus ini juga mengakibatkan penerimaan pajak dari sektor perdagangan mengalami penurunan. Padahal, perdagangan memiliki kontribusi besar terhadap penerimaan pajak. Akan tetapi, di sisi lain fenomena ini justru menawarkan peluang terbaik untuk mempromosikan agenda pembangunan 2030 untuk mencapai Agenda Pembangunan Berkelanjutan dan meningkatkan kerja sama internasional. Tujuan dari pembangunan berkelanjutan khususnya nomor 3 adalah untuk kesehatan dan kesejahteraan. Krisis saat ini menunjukkan bahwa kesehatan memang bukan segalanya, akan tetapi kesehatan dapat mempengaruhi faktor lain seperti pendidikan yang tidak berjalan dengan baik, merosotnya siklus kegiatan ekonomi, berkurangnya pendapatan bahkan hingga ancaman krisis ekonomi global.
Tidak seperti penyakit menular lain yang lebih dapat diprediksi, virus Corona justru membuat manusia di seluruh dunia terancam karena menyebar begitu cepat. Bahkan WHO juga sudah mengeluarkan pernyataan bahwa virus ini sebagai sebuah pandemi. Sehingga, untuk menyelesaikan krisis global ini dibutuhkan kerja sama internasional. Seperti yang disebutkan dalam poin-poin agenda pembangunan berkelanjutan, bahwa semua agenda tersebut tidak akan berhasil terselesaikan tanpa adanya poin yang terakhir, yakni kerja sama internasional. Krisis Corona menunjukkan dampak bencana dari sistem kesehatan yang lemah di tingkat lokal dan global. Oleh karena itu, ini merupakan peluang bagi pengembangan kerja sama pembangunan yang penting untuk memperkuat sistem di negara-negara yang rentan dan menengah.
Krisis Corona juga menunjukkan potensi yang luar biasa dalam penggunaan platform digital guna membantu dan memberikan kontribusi pada kerja sama internasional yang sejalan dengan agenda pembangunan 2030. Keadaan darurat kesehatan ini memaksa perusahaan dan pelaku sektor publik untuk beralih dengan cepat menggunakan solusi komunikasi modern. Di sisi lain, krisis ini juga menjawab tantangan terkait revolusi industri 4.0 apakah bisa bertahan jika mengalami krisis global seperti yang terjadi saat ini khususnya bagi Negara-negara berkembang. Sekalipun ada rasa ketidakpastian dan ancaman yang ada saat ini, pandemi ini juga dapat menguntungkan kerja sama internasional.
Seperti yang dinyatakan di atas, guna melawan ancaman Corona, dunia membutuhkan paradigma baru dari garis pemikiran rasional manusia bahwa terlepas dari orientasi dan kekuasaan, dunia membutuhkan saling keterkaitan dan kerja sama global untuk menyelesaikan pandemi ini. Faktanya, bahwa Negara yang dinilai sebagai majors power pun tidak memiliki kapasitas penuh untuk menangani konsekuensi dari munculnya krisis akibat Corona ini. Seperti halnya krisis ini yang bersifat universal, dalam penanganannya juga membutuhkan kerja sama global. Meskipun dampak krisis yang dirasakan oleh Negara berkembang jauh lebih parah dari Negara maju. Akan tetapi, jika tidak dipikirkan bersama, konsekuensi ekonomi dan politik dari krisis semacam ini juga dapat berakibat fatal.
Pengalaman krisis global ini mengajarkan bahwa tingkat ancamannya jauh lebih luas daripada kekuatan sistem politik untuk mengelolanya. Sehingga, kerja sama dari semua elemen pemerintah dan masyarakat sipil juga sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, tidak ada alternatif lain untuk menyelesaikannya kecuali dengan mengandalkan kerja sama regional dan global dengan partisipasi semua Negara yang ada di dunia. Tulisan ini menunjukkan bahwa sangat penting untuk memperkuat pengembangan kapasitas kerja sama internasional dalam perang melawan pandemi Corona ini. Sehingga ada beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat diperhatikan untuk menyelesaikan krisis global ini. Pertama, China, Jepang, dan Korea Selatan harus memperkuat kerja sama dengan Negara Asia dalam menanggapi pandemi covid19 ini, dengan bersama-sama berfungsi sebagai contoh dan tata kelola kesehatan bagi Negara-negara di Asia. Kedua, Negara maju harus meningkatkan bantuan kesehatan kepada Negara berkembang, terutama Negara-negara tertinggal dengan kualitas kapasitas kesehatan yang sangat lemah. Negara maju juga dapat membantu Negara berkembang untuk membangun sistem infrastruktur untuk meningkatkan kapasitas Negara terhadap berbagai penyakit. Ketiga, mendorong bank dunia untuk memberikan kontribusi dengan menjamin bantuan kesehatan. Serta, meningkatkan negosiasi dan belajar dari pengalaman Negara China dan Korea Selatan dalam menekan peningkatan angka penyebaran covid19.
[learn_press_profile]