• FEB
  • Hukum
  • Pertanian
  • Teknik
  • FISIP
  • FKIP
  • Kehutanan
  • FMIPA
  • Kedokteran
  • FEB
  • Hukum
  • Pertanian
  • Teknik
  • FISIP
  • FKIP
  • Kehutanan
  • FMIPA
  • Kedokteran
Universitas TanjungpuraUniversitas Tanjungpura

TENTANG UNTAN

Cari tahu banyak tentang UNTAN

AKADEMIK

Informasi program akademik UNTAN

JALUR MASUK

Informasi jalur masuk UNTAN

PENELITIAN

Informasi Penelitian dan Pengabdian

PPID

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
Hubungi Kami

Berita Kampus

  • Home
  • Blog
  • Berita Kampus
  • Gagal Menjadi Pendidik

Gagal Menjadi Pendidik

  • Posted by kurniadi
  • Categories Berita Kampus, Lintas Pakar
  • Date April 5, 2021
  • Comments 0 comment
Benarkah Kita Memerlukan Pemimpin Adil

PENDIDIK dimaksud pada opini ini adalah guru dan dosen. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, dikutip dari UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen.

Beberapa hari lalu, Prof. Dr. Effendy Gazali menyatakan mengundurkan diri sebagai dosen Universitas Indonesia (UI) dan guru besar (profesor) komunikasi politik Universitas Prof. Dr. Moetopo Beragama.

Beliau menyampaikan alasan pengunduran diri dari dosen dan guru besar tersebut karena merasa telah gagal menjadi pendidik dan/atau pengajar jurnalistik dan ilmu komunikasi politik yang telah digelutinya lebih dari 20 (dua puluh) tahun.

Beliau menilai belakangan ini sejumlah media kurang mentaati kode etik jurnalistik. Indikasinya terlihat jelas pada saat melakukan wawancara dan penulisan berita.

Satu permintaan beliau, agar sikap mengunduran diri beliau jangan dikait-kaitkan dengan Universitas Indonesia dan Universitas Prof. Dr. Moestopo, dikutip dari Liputan 6, 1 April 2021.

Bapak Dr. Leo Sutrisno, pernah menjadi dosen tetap FKIP UNTAN, beliau adalah guru penulis membagi pengalamannya sebagaimana kisah singkat berikut ini.

“Ada pimpinan sekolah marah, sampai menyobek kertas pekerjaan siswa karena siswa tersebut tertangkap basah nyontek. Suara kemarahannya terdengar nyaring sehingga diketahui oleh banyak kelas di sekitarnya; Pimpinan sekolah tersebut langsung membatalkan semua ulangan yang telah diikuti sebelumnya, dan siswa yang tertangkap nyontek diharuskan mengikuti ulangan susulan.

Ada juga siswa yang memasang alat penyadap rapat kelulusan, tetapi siswa tersebut datang mengakui kesalahannya. Di depan siswa, kepala sekolah berkata, “Sebentar lagi saya mau pensiun. Saya merasa gagal menjadi pendidik karena tidak mampu mendidik kalian dengan baik, saya merasa malu sekali”. Semua orang tahu sekolah yang dipimpinnya adalah SMA Swasta terbaik di kota itu.

Bapak kepala sekolah bicara sangat singkat, setelah itu upacara dibubarkan. Selang beberapa hari kemudian, siswa yang terlibas itu datang atas kemauannya sendiri, menyadari dan mengakui kesalahannya”.  

Gagal menjadi pendidik tidak semata-mata dilihat dari output/outcome yang dihasilkannya, melainkan juga dapat dilihat dari proses pendidikannya.

Pendidik mengetahui, ada praktek nyontek, plagiat dan kejahatan akademik lainnya yang membawa bau busuk di lingkungan sekolah dan kampusnya, namun diantara mereka bersitegang sambil menikmati bau busuk tersebut secara bersama-sama. Dua orang pendidik kolega penulis, menyatakan tidak bersedia mengajar dan/atau membimbing peserta didiknya. Sikap tidak bersedia mengajar dan/atau membimbing tugas akhir peserta didiknya bukan karena mereka telah gagal menjadi seorang pendidik, justru sebaliknya karena dua orang pendidik tersebut memiliki integritas keilmuan yang sangat tinggi, muak melihat pembiaran praktek pelanggaran etika akademik yang membusuk di sekitarnya. Dan penulis sangat apresiasi dan bangga kepada dua orang kolega pendidik tersebut.

Jika menggunakan parameter pendidik profesional bagi guru, yakni mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik dan parameter pendidik profesional dan ilmuan bagi dosen, yakni mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, maka penulis yakin bahwa banyak guru dan dosen dinyatakan telah gagal menjadi pendidik.

Agar dikemudian hari, kita yang saat ini telah memilih profesi sebagai pendidik, baik profesi guru maupun profesi dosen tidak tergolong kepada “Gagal Menjadi Pendidik”, maka dalam banyak kesempatan, penulis tidak bosan-bosannya mengingatkan terutama kepada diri sendiri bahwa seorang pendidik harus memiliki integritas yang kuat yakni beradab dan bermartabat. Jika seorang pendidik memiliki integritas yang lemah, berarti ia telah kehilangan hak moral untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai seorang pendidik. Selain menjaga integritas, setiap pendidik selalu siap mengembangkan keprofesionalannya secara berkelanjutan, baik yang dilakukan atas inisiatif institusi maupun dilakukannya secara mandiri.

Semestinya, kita malu kepada para pendidik berikut ini, diantaranya, malu kepada: (1) ibu Sichan, beliau adalah seorang relawan yang hanya berpendidikan setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP), namun memiliki kepedulian yang tinggi terhadap anak-anak jalanan. Ia selenggarakan pendidikan untuk 200 anak jalanan di bawah kolong jembatan, belajar sambil duduk di atas hamparan kardus. Singkat cerita sebanyak 196 orang anak didiknya setelah dewasa menjadi orang sukses di Amerika Serikat, hanya sebanyak 4 (empat) orang saja dari 200 siswanya yang tidak berhasil. Ketika banyak orang ingin belajar mendidik anak kepadanya, ia selalu mengatakan bahwa dirinya hanyalah seorang guru biasa. Namun orang lain, termasuk para pakar pendidikan mengatakan bahwa ia adalah guru luar biasa. Akhirnya, ia mengatakan kiat sukses mendidik siswanya adalah “Mendidik dengan Cinta Kasih” atau “Mendidik dengan Kasih Sayang”; (2) Zulivan adalah seorang suster yang berhasil mengasuh Helen Keller (seorang anak manusia dari sejak berumur 17 bulan dinyatakan buta, tuli secara total dan hiperaktif) mencapai cita-cita menjadi perempuan pertama meraih prestasi akademik tertinggi (doctor) dengan sempurna atau pujian dari sebuah perguruan tinggi ternama (prestisius) di dunia Harvard University; (3) ibu Torey Hayden seorang guru Sekolah Luar Biasa (SLB) berhasil merubah perilaku siswanya Shela dari anak tidak normal menjadi anak normal dan berhasil mengasuhnya mencapai prestasi akademik tertinggi; (4) ibu Muslimah, seorang guru tamatan SMP Kejuruan mengajar di Sekolah Laskar Pelangi Bangka Belitung berhasil mengantarkan para siswanya mencapai cita-citanya; dan (5) seorang guru Sekolah Dasar di Sumedang, belum lama diangkat menjadi guru, beliau dinyatakan mengidap penyakit lumpuh yang mematikan. Kuasa Allah SWT, ia panjang umur hingga mencapai usia pensiun. Selama ia sakit, ibu guru ini tidak pernah absen mengajar dari tempat pembaringannya, dan murid-muridnya sangat senang belajar di sampingnya. Ia telah menginspirasi banyak murid untuk menjadi anak yang berguna bagi orang tua, bangsa dan negaranya.  

Sedikit bukti, sosok guru ditangannya membawa berkah ini, dengan segala kezuhudan dan kesederhanaanya tidak pernah merasa gagal menjadi seorang pendidik dimana mereka telah melahirkan manusia unggul yang menjadi inspirator bagi generasi-generasi berikutnya, ALHAMDULILLAH, Segala Puji BagiMu Ya Allah.

oleh Dr Aswandi Dosen FKIP UNTAN

Tag:dr aswandi, fkip, informasi, mahasiswa, opini, pakar pendidikan, pendidik, penelitian, rektor, untan

  • Share:
kurniadi

Previous post

BPH Migas Teken MoU dengan UNTAN Terkait Pengembangan Migas
April 5, 2021

Next post

UNTAN Buat 2 Aplikasi untuk Mudahkan Peserta Cari Lokasi Tes UTBK
April 8, 2021

You may also like

rektor untan dan vice president pt pegadaian area pontianak
Untan dan PT Pegadaian Pontianak Teken MoU
23 April, 2021
UNTAN Bersinergi dengan 8 PTS di Kalbar dalam Implementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi
UNTAN Bersinergi dengan 8 PTS di Kalbar dalam Implementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi
21 April, 2021
aswandi
Mencapai Prestasi Puncak di Usia Lansia
19 April, 2021

Leave A Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Search

Berita Terbaru

Rektor Untan, Prof. Dr. Garuda Wiko, S.H., M.Si.,FCBArb dan Vice President PT Pegadaian Area Pontianak, Mukhlis Hasriyadi menandatangani langsung MoU di Gedung Rektorat Untan, Jalan Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Jumat (23/4/2021).
Untan dan PT Pegadaian Pontianak Teken MoU
23Apr2021
UNTAN Bersinergi dengan 8 PTS di Kalbar dalam Implementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi
21Apr2021
Benarkah Kita Memerlukan Pemimpin Adil
Mencapai Prestasi Puncak di Usia Lansia
19Apr2021
UNTAN Siapkan Ekosistem Digital untuk Menjadikan Lulusan yang Paripurna dan Memiliki Karakter
16Apr2021
Benarkah Kita Memerlukan Pemimpin Adil
Melawan Lupa
14Apr2021
Rektor Tinjau Pelaksanaan UTBK-SBMPTN 2021
14Apr2021
Untan dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk Teken MoU
12Apr2021
UNTAN dan IAI Teken MoU Terkait Pembentukan Program Pendidikan Profesi Arsitek
09Apr2021

Archives



logo-eduma-the-best-lms-wordpress-theme

Universitas Tanjungpura

“Membangun Ekosistem Digital Menuju Universitas Siber”

© 2019 | Universitas Tanjungpura

Layanan

  • SIAKAD
  • E-LEARNING
  • SCMB
  • JURNAL
  • Comdev Outreaching
  • REPOSITORY
  • UPT. PERPUSTAKAAN
  • UPT. BAHASA
  • UPT. TIK
  • SPI
  • ALUMNI
  • KERJASAMA
  • PPID

Tautan

  • STAFF
  • SPOTA
  • Translator Nusantara
  • EDOM
  • LPSE
  • Pendikar UNTAN
  • Mikrotik Academy
  • Lapor
  • Survey Kepuasan Masyarakat
  • LP3M
  • International Affairs Office
  • international student admission
  • international researcher
  • SPDLN

KONTAK

Alamat   : Jl. Prof.Dr.H.Hadari Nawawi / Jendral Ahmad Yani, Pontianak - Kalimantan Barat (78124)

Telepon : (0561) 739630

Email     : untan_59@untan.ac.id

Fax          : (0561) 739637

Ikuti Kami