Invasi Covid 19 di US dan Indonesia
Maret 21, 23000 dan kurang lebih 50% kasus di New York. Sekitar 54% infeksi terjadi pada kelompok umur 18-49 tahun, yang juga lebih imun daripada kelompok 50+ tahun. Dan kelompok yang tidak sakit adalah agen penularan bagi kelompok rentan. Tingkat kematian kelompok ini memang rendah, tetapi tidak berarti semuanya tidak sakit dan mengalami kematian. Angka kematian sekitar 25% kelompok muda yang terinfeksi. Yang berbahaya kelompok muda terjangkit dan tidak sakit bebas berkeliaran dan menjangkitkan virus corona kepada orang orang yang tidak terjangkit. Tentu kelompok lansia yang paling rentan.
Lambat penanganan, karena masalah politik internal di US. Pemerintahan Trump sangat buruk dan banyak kepentingan politik dan bisnis dalam menangani Covid 19. Trump juga bersikap sombong ketika mengatakan bahwa US tidak akan diserang Córona Virus. Saat ini pemeriksaan dimonopoli Center for Disease Control (CDC). Rumah sakit kekurangan ruangan dan alkes. Paramedic di sana kelompok paling rawan terinfeksi karena diminta menggunakan kembali alkes. Pernyataan Trump bahwa Chloroquine adalah obat Covid 19 dibantah FDA.
Perbandingan antara US dan Indonesia dalam menangani Covid 19 menarik untuk diuraikan. Karena keterbatasan fasilitas dan kemampuan, pemeriksaan pada awalnya hanya dilakukan litbang Kemenkes. Hal ini dapat dipahami karena menggunakan teknik yang canggih dan perlu tingkat keamanan yang tinggi. Setelah pembelian bahan periksa cepat dan massal (rapid test kit) pemerintah mulai memberikan kewenangan laboratorium di provinsi untuk melaksanakan pemeriksaan cepat tersebut. Tujuan pemeriksaan cepat untuk penyaringan dan deteksi dini. Sementara setelah kasus positif lebih dari 23000 pada Maret 21, FDA memberikan persetujuan teknik pemeriksaan cepat yang akan mereka gunakan. Berbeda dengan Indonesia teknik pemeriksaan cepat diputuskan oleh Presiden dan pejabat yang berwenang dan kemudian diimpor, terutama dari Cina. Pemerintah juga mengimpor obat, termasuk Chloroquin, yang telah biasa digunakan sebagai obat malaria di kampung-kampung dimana penyakit malaria ditemukan. Namun FDA menyatakan tak ada obat Covid 19 saat ini.
Tingkat kematian saat ini (Maret 21) di Indonesia 8,4% (450 kasus positif, 39 kematian). Di US kasus positif per Maret 21, 23000 dan 302 kematian (1, 3 %). Sekitar 50% kasus terjadi New York. Data berubah setiap saat dan bersumber dari Johns Hopkins University.
Di Indonesia sekitar 45%.terjadi di Jakarta. Hal ini mungkin bias, karena baik di US maupun Indonesia, pemeriksaan paling banyak dilakukan di New York dan Jakarta.
Data penularan di US dan Indonesia sangat cepat. Kasus positif pertama terjadi pada 20 Januari di Washington State, pada minggu pertama menjadi 1000 kasus dan sekarang 23000 kasus pada minggu ke 4 bulan Maret. Pemerintah Indonesia melaporkan 2 kasus positif pada tanggal 2 Maret. Dan pada tanggal 20 Maret menjadi 450 kasus. Penambahan 2555 kasus per minggu di US. Data terbanyak dari New York karena jumlah pemeriksaan lebih dari 10000 tes per hari. Sementara pemeriksaan pada negara-negara bagian lain tidak seagresif dan sebanyak di New York. Di Indonesia terjadi peningkatan 150 kasus per minggu dari 2 sampai 20 Maret. Data ini kecil karena terbatasnya pemeriksaan.Sehari setelah pemeriksaan massal pada tanggal 19 Maret dilaksanakan di Jakarta Selatan, terjadi tambahan 81 kasus positif. Jadi 450 kasus positif pada tanggal 20 Maret. Artinya jumlah kasus positif akan tambah banyak. Hal ini tidak menimbulkan masalah selama seluruh kasus positif diisolasi dan diobati.
Baik di US maupun Indonesia, alkes seperti baju pelindung, sarung tangan, dan masker sangat langka dan jadi sangat mahal. Harga masker N95 sebelum invasi Covid 19 hanya 0,8 cents, sekarang jadi 4 USD per masker. Harga masker biasa di Indonesia 4000 rupiah dan di Apotik Agung Pontianak pembelian dibatasi hanya 2 masker per orang.
Obat yang paling aman adalah memeriksa sebanyak-banyaknya, dan mengisolasi seluruh yang positif, dan jaringan pasien positif tersebut. Pasien positif yang sakit diobati. Yang diisolasi akan mengalami tekanan yang berat karena kehilangan akses interaksi selama beberapa minggu. Dengan demikian kelompok positif perlu isolasi dan pengobatan. Jaringan interaksi membutuhkan perlakuan khusus, yaitu diisolasi mandiri jika tak sakit dan diperiksa status infeksi Covid 19. Tidak akan mudah karena kehilangan akses interaksi selama beberapa minggu seperti dalam penjara.
Saat ini lima negara bagian di US menutup total derahnya (lock down). Negara-negara bagian lainnya membatasi gerakan manusia dengan menutup tempat umum, transportasi, dan sekolah. Restoran hanya melayani makanan bungkus. Di Indonesia belum dinyatakan lock down.
Menimbang percepatan peningkatan kasus positif Covid 19, saatnya pemerintah membatasi gerakan manusia. Pilihan “separuh” lock down tidak dapat dihindari. Gubernur DKI telah mengurangi transportasi dan kantor-kantor pemerintah dan swasta, sekolah, dan tempat tempat umum.
Yang wajib dilakukan diam di rumah. Isolasi diri untuk menghindari terjangkit. Tingkatkan imunitas dan kebugaran dengan asupan gizi yang baik, tidur cukup dan olahraga. Yang positif diisolasi dan diobati. Jaringan kasus positif diisolasi dan diperiksa.
Prof. Dr.Ir.Gusti Zakaria Anshari, MES
Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
[learn_press_profile]