
Kolaborasi BRGM dan Untan Ungkap Polisentrik Kebakaran Lahan Gambut
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bekerja sama dengan Universitas Tanjungpura (UNTAN) dalam melakukan penelitian guna mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kebakaran lahan gambut berulang. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November hingga Desember 2023.
Lokasi penelitian mencakup Desa Punggur Kecil, Kecamatan Sungai Kakap, dan Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Selain mengidentifikasi faktor penyebab, Tim peneliti bersama warga Desa Punggur Kecil dan Limbung juga merumuskan usulan-usulan solusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebakaran lahan gambut memiliki sumber dari berbagai faktor penyebab atau bersifat polisentrik. Faktor-faktor tersebut meliputi kondisi cuaca, kekeringan akibat drainase pada lahan gambut, jumlah tumbuhan yang mudah terbakar di lahan gambut terdegradasi, dan pengabaian lahan-lahan terlantar yang ditumbuhi berbagai jenis pakis, kayu mahang, dan akasia yang rentan terbakar.
“Istilah ‘polisentrik’ berasal dari bahasa Yunani yang berarti banyak pusat atau, dalam konteks ini, banyak faktor penyebab. Oleh karena itu, solusi untuk pencegahan dan pengendalian kebakaran sebaiknya didasarkan pada pemahaman multi faktor penyebab. Usulan solusi polisentrik untuk mencegah dan mengendalikan kebakaran lahan gambut. dapat dilihat dalam Gambar 1.”

Sejak tahun 2016 hingga saat ini, BRGM aktif membangun infrastruktur pembasahan gambut, seperti sekat kanal dan sumur bor, serta memberikan bantuan bagi petani untuk budidaya tanpa bakar. Meskipun masih dalam skala terbatas, upaya BRGM membasahi kembali lahan gambut terdegradasi memberikan manfaat yang dirasakan, seperti ketersediaan air pada saluran drainase yang disekat. Pemberdayaan kelompok tani dengan program pengembangan budidaya jahe dan sayur-mayur juga memberikan kontribusi positif pada perekonomian keluarga.

Kelompok petani Desa Punggur Kecil dan Limbung menyatakan bahwa kebakaran lahan berasal dari luar desa, terutama dari lahan gambut yang tidak diurus oleh pemiliknya. Kebakaran lahan terlantar tersebut merugikan petani dengan Masyarakat Peduli Api (MPA) dari BRGM yang berusaha mengatasi kebakaran. Hama dan penyakit tanaman menyerang setelah kebakaran, anak-anak libur sekolah karena kabut asap, dan sebagian warga menderita ISPA.
Adi Kusumajaya, kepada Desa Punggur Kecil, menyatakan bahwa Desa Punggur adalah sumber durian dan langsat, bukan sumber kabut asap.
Selain Itu, Kepala Desa Limbung, Wiyono, menegaskan bahwa penggarapan lahan terlantar dapat mengurangi kebakaran.
Tim peneliti, di bawah kepemimpinan Prof. Dr. Gusti Anshari, yakin bahwa warga desa memiliki potensi untuk mencegah dan mengendalikan kebakaran lahan gambut melalui upaya kolaborasi dan partisipasi semua pihak. Sebagai mitra BRGM, peran Universitas Tanjungpura membantu kelompok tani untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan yang tidak bergantung pada pembakaran.