Kreativitas dan Dedikasi Guru Menuju Indonesia Maju
Makalah singkat ini terdiri dari tiga bagian, yakni: Indonesia maju, kreativitas guru dan dedikasi guru.
INDONESIA MAJU
PADA 14 Juli 2019, bapak Joko Widodo menyampaikan pidato berjudul “Visi Indonesia”, yakni “Manusia Unggul, Indonesia Maju”.
Melalui pidato tersebut, beliau mengajak kita semua untuk berubah, adaptif, produktif, inovatif, kreatif dan kompetitip.
Menurut bapak presiden RI, “untuk mencetak manusia unggul Indonesia maju ke depan, titik dimulainya adalah menjamin kesehatan ibu hamil (kesehatan janin terkait pasokan gizi pada ibu hamil harus cukup. Fakta membuktikan bahwa anak lemah ingatan adalah dampak dari ibu hamil yang kurang terpenuhi gizinya. Selama ini, program pemberian gizi terhadap ibu hamil dirasakan masih sangat kurang), kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah. Ini harus dijaga betul, jangan ada stunting (sebanyak 33% anak Indoneia penderita stunting dan anak Kalimantan Barat menempati urutan ke-5 di Indonesia), kematian ibu dan kematian bayi meningkat”.
Beliau melanjutkan pidatonya seraya menegaskan bahwa kualitas pendidikan harus ditingkatkan. vocational training, vocational school harus dipastikan, dan membangun lembaga “Manajemen Talenta Indonesia. Pemerintah akan mengidentifitasi, memfasilitasi, serta memberikan dukungan pendidikan dan pengembangan diri bagi talenta-talenta Indoneia. Diaspora yang bertalenta tinggi harus kita berikan dukungan agar memberikan kontribusi besar bagi percepatan pembangunan Indoneia. Kita akan menyiapkan lembaga khusus yang mengurus manajemen talenta ini. Kita akan mengelola talenta-talenta hebat yang bisa membawa negara ini bersaing secera global.
Terasa mimpi atas keinginan pemerintah tersebut, memperhatikan pendidikan anak berbakat, karena selama ini anak berkat terabaikan pendidikannya, bahkan tidak ada lembaga pendidikan untuk anak berbakat, kecuali mereka mengikuti privat di lembaga kursus (pendidikan non formal).
Kazuo Murakami (2007) dalam bukunya “The Devine Message of The DNA” menyatakan bahwa sikap dan lingkungan dapat mengubah genetic, bakat dan talenta seseorang, bahkan ia menegaskan bahwa sikap dan lingkungan itu jauh lebih penting dari bakat atau talenta, bakat dan talenta tidak ada artinya jika lingkungan tidak dan salah dalam mengembangkan bakat dan talenta tersebut, contoh kasus: seleksi masuk siswa SMAN Kota Pontianak berbasis bakat gagal mencapai prestasi akademik dan seleksi SPMB PTN memberi porsi lebih besar pada test skolastik.
Indonesia maju dengan karakteristik: berubah, adaptif, produktif, inovatif, kreatif dan kompetitip dapat terwujud melalui proses pendidikan dan pembelajaran berkualitas.
Di era baru ini, ditandai antara lain proses pendidikan dan pembelajaran bersentuhan teknologi, terutama information technology (IT). Digital literacy masyarakat sangat mempengaruhi efektivitas pendidikan dan pembelajaran, sementara permasalahan pendidikan masih menumpuk, antara lain; rendahnya kualitas perilaku belajar, digital literacy pendidik dan siswa serta infrastruktur teknologi IT masih sangat kurang, misalnya masih banyak sekolah belum tersambung akses internet.
Keinginan bapak gubernur Kalimantan Barat membangun SMKN Unggul satu di setiap kecamatan di provinsi ini, menurut nara sumber adalah pekerjaan yang sangat berat karena keterbatasan sumber daya, antara lain: guru, terutama guru produktif, laboran, sarana dan prasarana.
KREATIVITAS GURU
Memperhatikan berbagai permasalahan dan keterbatasan sumber daya pendidikan tersebut di atas, maka diharapkan guru memiliki kreativitas dan dedikasi yang tinggi.
Mensikapi era baru, selain kompetensi critical thinking atau problem solving, communication; and collaboration, kreativitas (creativity) merupakan satu kompetensi penting yang harus dimiliki manusia abad 21, demikian rekomendasi The World Economic Forum 2017.
Urban, mendefiniskan kreativitas sebagai kemampuan mencipta sesuatu yang baru, tidak biasa dan mengejutkan untuk menyelesaikan suatu masalah. Pendapat lain, Parther menyatakan kreativitas upaya penemuan inovasi untuk menyelesaikan masalah.
Treffinger mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang tidak memiliki kreativitas. Eugene Randsepp menambahkan, “Everything around you affects your creativity”.
Abraham Maslow dan Carl Rogers menegaskan bahwa “Kreativitas berhubungan erat dengan aktualisasi diri”. Sumber kreativitas adalah kecendrungan untuk mengakualisasi diri.
Penelitian Snyder dan Mulcahy menyimpulkan bahwa kreativitas dapat ditingkatkan, antara lain melalui teori asosiasionalisme.
Kreativitas itu sebagai sesuatu yang dapat dikembangkan yaitu dengan cara memberikan atau menciptakan kondisi yang memungkinkan individu termotivasi dan rasa aman berbuat sehingga berkembang gagasan-gagasan baru. Indira Gandhi menambahkan bahwa, “Creative people have nothing to fear”.
Kreativitas yang didasarkan pada teori asosiasi (associating) merupakan satu Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) Inovator, demikian Jeffrey H. Dyer, Hal B. Gregersen, and Clyton M. Christensen (2016) dalam bukunya “The Innovator’s DNA.
Ketrampilan asosiatif (associating), yakni the ability to successfully connect seemingly unrelated question, problems, or ideas from different fields. Berpikir asosiatif adalah cara otak memproses informasi melalui pola-pola terintegrasi, melihat hubungan secara kontektual, menghubungkan unsur-unsur yang kelihatannya tidak berhubungan.
Diyakini bahwa ide-ide inovatif berkembang pada persimpangan dari pengalaman-pengalaman yang beragam, baik itu pengalaman orang lain maupun dari pengalaman diri sendiri. Sepanjang sejarah, ide-ide besar muncul dari persimpangan budaya dan pengalaman. Semakin beragam pengetahuan yang diproses oleh otak, semakin banyak hubungan yang dapat di bangun ketika diberikan masukan pengetahuan yang segar, dan masukan segar memacu asosiasi yang membawa pada ide-ide baru. Penelitian menyimpulkan, bahwa “setiap inovator dengan kreativitas tinggi, unggul pada ketrampilan asosiasi”, demikian Frans Johansson (2007) dalam bukunya “The Medici Effect”.
Pemikir inovatif menghubungkan bidang ilmu, masalah, dan ide dimana orang lain memandangnya tidak berhubungan.
Frans Johansson (2007) menemukan berbagai penemuan baru, penemuan yang mengubah dunia, akan datang dari pertemuan berbagai bidang ilmu dan bukan dari dalam satu bidang ilmu itu sendiri. Ketika banyak orang dari ilmu yang berbeda berkumpul, ide-ide baru dapat muncul dari gabungan dari sudut-sudut pandang mereka, sehingga semakin diyakini bahwa kebermanfatan ilmu pengetahuan bersifat multi dan inter disipliner.
Ilmu disiplin tunggal telah mati suri, fenomena konvergensi science semestinya menyadarkan kita untuk selalu kreatif, terutama mereka yang bekerja di bidang ilmu pengetahuan, seperti perguruan tinggi, lembaga ilmu pengetahuan dan riset bahwa dunia sekarang semakin saling berhubungan atau berasosiasi, di mana konsep-konsep yang tampaknya tidak berhubungan ternyata berhubungan erat sehingga sikap atau perilaku egocentrik keilmuan wajib dibuang jauh-jauh.
Seorang psikolog dan peneliti kreativitas terkemuka Mihaly Csikszentmihalyi mengungkapkan, “tidak ada cara untuk mengetahui apakah sebuah pemikiran itu baru, kecuali dengan merujuk kepada beberapa standar, dan tidak ada cara untuk mengatakan apakah ia berharga sampai ia diuji oleh masyarakat”.
Kembali Frans Johansson (2007) menegaskan bahwa, “Ilmu disiplin tunggal telah mati, sudah lenyap. Kebanyakan kemajuan besar melibatkan berbagai disiplin atau meminjam otak orang lain. Dalam pertemuan ilmiah berskala besar, kita semakin jarang melihat makalah dengan penulis tunggal, melainkan ditulis oleh nara sumber yang berasal dari disiplin ilmu pengetahuan yang berbeda.
Di perguruan tinggi, semakin banyak jurusan, program studi yang menggunakan tanda sambung dibanding sebelumnya, misalnya matematika-fisika, biologi-kimia, geologi-kimia, geo-fisika, sosial-budaya, ekonomi-psikologi, manajemen-informatika, bio-engeneering, neuro-linguistik, neuro-psikologi, teknik-lingkungan, dan jangan heran lagi jika ditemui para ahli biologi bekerjasama dengan ahli ekonomi menganalisis pasar modal dan ahli budaya bekerjasama dengan ahli otomotif untuk memunculkan gagasan baru tentang perilaku pasar.
George Soros salah seorang penggagas “Open Society” telah mempertemukan gagasan bidang keuangan dan filsafat untuk menciptakan sebuah strategi filantropi yang inovatif, dan strategi tersebut berhasil mengubah bangsa-bangsa ke dalam masyarakat yang didasarkan pada pengakuan bahwa tak seorangpun bisa memonopoli atau menjadi rahib atau memonopoli kebenaran.
Maxwell Maltz (2004) seorang doktor bidang kedokteran, namun kemudian lebih dikenal sebagai pakar psikologi citra diri yakni “The New Psycho-Cybernetics”.
Larry Dossey (1997) salah seorang yang telah berhasil membuktikan secara ilmiah, dilandasi kriteria sains yang baik dan pengujian doa di laboratorium secara ketat, membuktikan bahwa doa memiliki kekuatan dalam penyembuhan berbagai penyakit sebagaimana dijelaskan dalam bukunya berjudul “Healing Words”.
Steve Andreas & Charles Faulkner (1988) dalam bukunya “LNP The New Technology of Achievement” menciptakan paradigma baru perubahan perilaku melalui pembelajaran yang memadukan ilmu linguistik, neuropsikologi secara terprogram (LNP).
Steve Jobs pendiri dan CEO Apple Inc mengatakan, “Kreativitas adalah menghubungkan sesuatu”. Teori asosiatif tersebut di atas memperkuat asumsi bahwa kreativitas itu diciptakan. Agner Mykle menegaskan, “Life is not something you find. It is something you create”.
DEDIKASI GURU
M.D. Jopeth, “What makes someone great is dedication (yang membuat seseorang unggul adalah dedikasi). There is no substitute for hard work and dedication (tidak ada penganti bekerja keras dan dedikasi).
Apa yang dimaksud dedikasi itu?, Ia adalah pengabdian secara tulus ikhlas terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dari mana datangnya dedikasi itu?. Ia datang dari “Panggilan Jiwa”. Ia tidak lekang karena panas dan tidak lapuk karena hujan. Ia keras, sebagaimana kerasnya batu karang.
Pentingnya dedikasi guru digambarkan dari paradigma kategori guru di bawah ini.
Paradigma Kategori Guru
Sumber referensi: Carl D. Glickman (2002) dalam bukunya “Leadership for Learning”.
Gambar di atas menjelaskan paradigma kategori guru, terdiri: (1) drop out, yakni: abstraksi dan komitmen adalah rendah; (2) unfocus worker, yakni: abstraksi rendah, komitmen tinggi; (3) analytical observer, yakni abstraksi tinggi, komitmen rendah; dan (4) profesional, yakni abstraksi dan komitmen adalah tinggi.
Glickman melakukan perankingan terhadap kategori guru tersebut: (1) profesional; (2) unfocus worker; (3) analytical observer; dan (4) drop out.
Perangkingan kategori guru tersebut menjadi dasar teoritik yang kuat bahwa dedikasi guru sangat penting.
Beberapa bukti, diantaranya seorang guru berprestasi dari SMAN Jawa Tengah, sekalipun belum sarjana dan belum mengikuti sertifikasi pada waktu itu, namun jerih payah (dedikasinya) menghasilkan siswa berprestasi internasional yang sangat membanggakan bangsa Indonesia, guru SDN di Sumedang, belum lama bertugas terserang penyakit mematikan sehingga membuatnya lumpuh total, namun hingga pensiun tidak pernah meninggalkan tugas atau pengabdiannya, dedikasinya sangat tinggi, ibu Muslimah di Sekolah Laskar Pelangi Bangka Belitung, Helen Keller dan Sulivan, Shela dan Torey Haiden, Benjamin Carson (kandidat calon presiden AS) dan Ibunya Sonya Carson, dan Dave Pezler dan seorang guru di Sekolah Dasar.
Hendry Brock Adam mengatakan, “Pengaruh guru tiada batasnya, diapun tidak tahu kapan batas itu berakhir”.
William Sears (2000) dalam bukunya “Anak Cerdas” mengutif hasil penelitian; “Anak yang terikat/terkait lebih mampu mengarungi gelombang kesulitan dari pada anak yang kurang terkait/terikat. Kunci keberhasilan masa dewasa meskipun terdapat kesulitan di masa anak-anak adalah adanya paling tidak satu orang dalam kehidupan anak tersebut yang memberikan dukungan emosional yang teratur dan yang mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan anak tersebut. Individu yang mencapai keberhasilan, meskipun berkembang dikelilingi oleh kesulitan, telah menciptakan suatu ikatan yang erat paling tidak dengan seorang yang merawatnya di masa anak-anak, contoh; Helen Keller dan Sulivan, Shela dan Torey Haiden, Benjamin Carson (kandidat calon presiden AS) dan Ibunya Sonya Carson, Dave Pezler dan seorang guru di Sekolah Dasar (Nara Sumber, Dosen FKIP UNTAN).