Mereka Bukan Pencuri
PENCURI adalah seseorang dan/atau sekelompok orang yang mengambil milik orang lain tanpa seizin pemiliknya.
Muhammad Saw sangat keras memberlakukan hukuman bagi pencuri, baginda Rasulullah bersabda, “Jika puteri saya Fatimah mencuri, potong tangannya”.
Pemahaman dan keyakinan penulis, apa saja barang yang kita miliki, baik berupa makanan/minuman, pakaian dan perumahan yang diperoleh dari hasil mencuri, maka barang tersebut adalah haram. Sekecil apapun barang haram yang kita nikmati, maka doa-doa ditolak atau tidak akan diijabah oleh Allah SWT dan kita akan sulit mendapat kasih sayangNya (Mahabatullah).
Berdasarkan keterangan di atas semestinya kita sangat berhati-hati menjaga diri agar terhindar dari barang-barang haram tersebut sebagaimana kehati-hatian yang dilakukan oleh Rabiah Al-Adawiyah seorang sufi wanita pada saat makan dan minum. Sebelum menyantap hidangan, Ia harus memastikan terlebih dahulu bahwa makanan/minuman tersebut adalah halal.
Pencuri tidak mengenal kelas sosial, ekonomi dan tingkat pendidikan: dilakukan oleh anak kecil hingga orang dewasa, banyak orang miskin mencuri dan tidak sedikit orang kaya juga mencuri, banyak rakyat biasa mencuri dan tidak sedikit pejabat juga mencuri, banyak orang tak berpendidikan mencuri, dan tidak sedikit kaum terpelajar juga mencuri dan anehnya pencurian sering terjadi di tempat-tempat yang disucikan, di rumah ibadah misalnya.
Berbagai modus operandi dilakukan oleh pencuri, dari cara yang paling santun, bergaya dermawan dan penolong hingga mencuri disertai kekerasan. Mereka beroperasi di tempat gelap maupun di tempat terang, dan di tempat sunyi maupun di tempat keramaian.
Ada asumsi atau pendapat menyatakan mereka mencuri karena kemiskinan, tidak selalu. Faktanya, mereka miskin karena mencuri telah menjadi kebiasaannya, juga banyak, bahkan mencuri merupakan penyakit hati dimana mereka memperoleh kepuasan ketika berhasil dan menikmati hasil curian. Seakan-akan mencuri itu telah menjadi budaya.
Apakah ada pengaruh mencuri terhadap maju dan mundurnya suatu bangsa?. Penulis mencoba menjelaskan hubungan keduanya melalui kisah-kisah berikut ini.
Setelah ditetapkan sebagai satu negara baru, Singapura memilih pemimpin negaranya. Pimpinan Singapura yang baru saja ditetapkan berbicara di hadapan para tokoh masyarakat yang sengaja diundang untuk menghadiri acara untuk pertama kalinya. Beliau menyampaikan satu program kerja seorang pimpinan negara yang baru saja berbai’at atau dilantik untuk rakyatnya. Program kerja pertama tersebut adalah membangun WC di tempat-tempat umum (keramaian), di dalam WC diletakkan atau ditempatkan uang sebesar 10 dolar, setelah satu minggu, uang yang disimpan di dalam WC tersebut dipantau, apakah masih ada/utuh atau sudah hilang. Dilaporkan kepada pimpinan negara, uang yang disimpan di WC ada beberapa diantaranya hilang atau dicuri, dan banyak yang masih utuh. Uang yang hilang segera diganti, beberapa hari kemudian keberadan uang tersebut dilihat kembali, ternyata tidak satupun uang hilang di WC tersebut.
Pimpinan negara kembali mengundang tokoh mayarakat. Pada pertemuan kedua kalinya, beliau menyatakan, “Saya bangga dan bersamangat menjadi pemimpin di negeri Singa ini. Saya berkeyakinan, pada saatnya nanti, negara Singapura akan menjadi negara maju di Asia dan di dunia karena rakyatnya bukan pencuri”. Pada hari ini, keyakinan pemimpin pertama Singapura tersebut terbukti, Singapura adalah negara maju di Asia dan di dunia.
Kisah lain, Prof. Dr. Bomar Pasaribu, menceritakan pengalamannya selama lima tahun menjadi duta besar RI di Finlandia, suatu negara yang dijuluki sebagai negara dimana rakyatnya paling bahagia. Di pintu masuk negara tersebut tertulis “Welcome to Happines State”.
Pada suatu hari, beliau kehilangan handpone, berhari-hari handpone tersebut dicari, namun tidak juga ketemu. Setelah seminggu, beliau mengajak istrinya mencari handponenya di sebuah supermarket karena pada waktu itu beliau berbelanja dan sempat buang air kecil di WC supermarket tersebut. Setibanya di WC supermarket, beliau menemukan handpone miliknya masih terletak di tempat penyimpanan barang di luar WC tanpa ada yang menyentuhnya, padahal dalam kurun waktu seminggu barangkali ribuan orang hilir-mudik dan keluar-masuk di WC yang sama. Terasa aneh, namun nyata.
Di negara Finlandia, setiap tahun setidaknya terdapat tiga penjara tutup karena tidak ada lagi penjahat (pencuri) yang harus dimasukan di ruang teralis besi, dan sistem ekonomi koperasi berkembang pesat sekalipun tidak ada seorang Menteri Koperasi. Finlandia, negara berkemajuan, adil, makmur, aman dan berbagia karena rakyatnya bukan pencuri.
Kisah selajutnya, negara Jepang adalah negara maju di Asia dan di dunia, Saat gelombang tsunami menghantam negerinya, pusat pembangkit tenaga nuklir dan bangunan luluh-lantak, rata dengan tanah. Sumbangan mengalir deras dari berbagai penjuru dunia, tanpa ada yang menunggu, barang bantuan tersebut tidak ada satupun yang hilang.
Pengalaman penulis saat tinggal di Jepang, selain bunga sakura, tanaman buah-buahan, seperti manga dan sankis hidup subur di pinggir jalan, pada saat itu banyak buahnya berguguran tidak ada yang mengambilnya, sekalipun tidak ada larangan mengambil buah-buahan tersebut untuk dimakan. Saluran air (parit) di sepanjang jalan bersih sehingga terlihat jelas banyak sekali ikan berenang di dalamnya, tidak ada seorangpun yang mengambilnya padahal rakyat Jepang dikenal sebagai pemakan ikan dan tidak dilarang mengambil ikan tersebut untuk dimakan. Penulis sempat bertanya kepada mereka rakyat Jepang, mengapa mereka membiarkan saja buah-buahan segar berjatuhan dan ikan enak bebas berenang. Mereka menjawab, “Buah-buahan dan ikan tersebut bukan miliknya, mereka merasa tidak memeliharanya”.
Dari beberapa kisah tersebut di atas, penulis simpulkan bahwa kemajuan suatu negara karena standar moral yang sangat tinggi dan dihormati oleh seluruh masyarakatnya, tidak sebatas pemanis bibir, melainkan diwujudkan dalam kehidupan nyata, terbukti rakyatnya bukan pencuri.
Pertanyaan berikut, bagaimana Indonesia?, negeri Anda, dan juga negara saya?
Di negera ini, lebih dari 50% koruptor (pencuri) tertangkap KPK adalah kaum terdidik (berpendidikan sarjana, magister dan doctor) dan lembaga pendidikan dinilai telah gagal melahirkan manusia berakhlak mulia, keberhasilan seorang pejabat dinilai dari seberapa banyak tambahan kekayaannya, sangat ironis pengadaan kitab suci dan bantuan sosial bagi pakir miskin sering kali dicuri, ketika kita melaksanakan ibadah di sebuah rumah ibadah, ada rasa was-was akan kehilangan sandal, sepatu dan apa saja milik kita, kecuali disimpan melalui jasa titipan barang, dan berapa banyak lagi pencuri di negeri ini yang masih bebas berkeliaran. Meskipun pencuri ada di hampir semua strata masyarakat, tentu saja tidak semua saudara-saudara kita sebangsa dan setanah air adalah pencuri.
Akhirnya, penulis simpulkan bahwa terdapat pengaruh maraknya pencurian terhadap kemunduran suatu bangsa. Barangkali, sulitnya negara ini menjadi negara maju karena masih banyaknya pencuri (Penulis, dosen FKIP UNTAN)
[learn_press_profile]

