Si Lemah Mengalahkan Raksasa
FENOMENA hari ini, insyaa Allah terus berlanjut di masa-masa yang akan datang, bahwa sedikit itu banyak, yang lemah mengalahkan yang kuat, yang sedikit mengalahkan yang banyak, yang kecil mengalahkan yang besar, dan yang cepat mengalahkan yang lambat.
Fenomena the main is no longer “the main” sedang terjadi hampir di semua sudut kehidupan manusia sebagai dampak dari kecepatan inovasi di era disrupsi ini, “apa yang selama ini menjadi sebuah kekuatan, ternyata saat ini dan di masa-masa yang akan datang tidak lagi menjadi kekuatan, bahkan menjadi monsters yang memperlambat terjadinya kemajuan”, memerlukan reinventing yang lebih serius lagi.
Paradox tersebut menambah keyakinan kita tentang hukum Pareto (20/80), yakni mendapatkan hasil luar biasa tanpa usaha yang luar biasa.
Pareto, seorang ilmuan Yunani mencoba mengurai fenomena kontroversial tersebut di atas. Ia mengatakan bahwa manusia keliru dan telah gagal memahami makna hidupnya, misalnya ada asumsi yang menyatakan, “jika ingin sukses dan bahagia, maka kuasai atau miliki semua”. Prinsip hidup seperti itu menurutnya salah besar. Yang benar, jalani kehidupan ini atas prinsip Pareto, “Lebih sedikit lebih baik, tidak cukup mencapai puncak kebaikan, yang penting dapat berbuat baik” sekalipun kita bukan orang hebat, tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah.
Makna yang sama, kecil adalah besar atau besar adalah kecil, sedikit adalah banyak atau banyak adalah sedikit, menghasilkan lebih banyak “dengan” lebih sedikit, dan seterusnya tergantung pada pemaknaan kita terhadap kehidupan ini.
Survei dilakukan terhadap 100 orang dan mengelompokkan mereka menjadi dua kelompok, terdiri atas kelompok pertama 80 orang dan kelompok kedua 20 orang. Asumsi kita, kelompok dengan jumlah anggota 80 orang akan meraih hasil empat kali lebih banyak. Kenyataannya, dunia terbalik, kelompok yang terdiri 20 orang memberi hasil yang lebih baik dari pada yang dicapai oleh kelompok dengan anggota 80 orang. Selain itu, kelompok yang terdiri 20 orang selain memberi hasil atau capaian lebih baik, juga memberikan hasil empat kali lebih baik, dikutip dari dari Richard Kock (2018) dalam bukunya “Living The 80/20 Way”.
Fakta lainnya menunjukkan bahwa sebagai berikut: (1) riset membuktikan, “Jumlah murid dalam satu kelas merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap prestasi akademik siswanya. Kelas yang lebih kecil selalu menghasilkan prestasi akademik yang jauh lebih baik. Melalui kelas kecil peserta didik mendapat lebih banyak perhatian individual dari pendidik (guru) nya, semakin banyak perhatian yang didapat murid dari gurunya semakin efektif pengalaman belajar mereka”, dikutip dari Malcolm Gladwell (2013) dalam bukunya “David and Goliath”; (2) sebanyak 20 persen pelanggan suatu perusahaan umumnya berkontribusi pada lebih dari 80 persen keuntungan perusahaan; (3) kurang dari 20 persen bintang media mendominasi lebih dari 80 persen pemberitaan, dan lebih dari 80 persen buku yang terjual berasal hanya dari 20 persen penulis; (4) lebih dari 80 persen terobosan ilmiah dihasilkan oleh kurang dari 20 persen ilmuan, dan pada setiap zaman penemuan besar hanya berasal dari sejumlah kecil ilmuan. Dan hanya sekitar 4 persen artikel yang dimuat pada jurnah internasional yang disitasi (dikutip); (5) di tahun 1985 jumlah penduduk Indonesia keturuan Tionghoa kurang dari 3 persen populasi, namun mereka memiliki sedikitnya 70 persen kekayaan, hanya 1/3 dari populasi Malaysia, namun mereka mencapai 95 persen kekayaan di negara tersebut, Muhammad Yusus penerima hadiah Nobel Perdamaian dari Banglades menyatakan hal yang sama bahwa kekayaan dunia hanya dimiliki oleh segelintir orang saja; (6) Amerika Serikat berkebangsaan Yahudi hanya sebesar 3 persen, faktanya hampir seluruh aspek kehidupan di negeri paman syam tersebut dibawah kendali Yahudi, siapapun presidennya, pemerintahan Yahudi AS di bawah tanah lebih berkuasa; (7) dari 6.700 bahasa di dunia, hanya 1,5 persen digunakan oleh 90 persen penduduk dunia.
Jutaan tahun lalu, dinosaurus dan kecoa pernah hidup bersama di sebuah rawa di bagian barat Colorado.
Dinosaurus adalah makhluk terbesar (raksasa) yang pernah menghuni dunia, tidak hanya besar dalam ukuran, juga besar dalam jumlah dan varietas, sebagian mereka bahkan ada yang dapat terbang. Dinosaurus menjadi sangat mampu beradaptasi tinggal di rawa, dan ia menjadi lambang dari kesuksesan.
Pada suatu hari, rawa mengering dan dinosaurus menjadi punah, seluruh kebijaksanaan dan prosedur manual yang dibuat dalam sistem genetik dinosaurus telah menjadi sumber kegagalannya. Dinosaurus yang kononnya binatang raksasa yang maha hebat ternyata hanya mampu hidup di rawa. Kepunahan dinosaurus tidak diikuti oleh kematian si kecoa. Si kecoa tetap ada meskipun di saat jayanya dinosaurus si kecoa hidup dari sisa-sisa makanan yang ada di badan dinosaurus.
Disimpulkan, “Keberhasilan si kecoa dengan rentangan toleransi yang luas terhadap apapun perubahan yang terjadi dan kemampuannya (si kecoa) beradaptasi dengan perubahan lingkungan adalah modal utama keberhasilannya untuk bertahan hidup”, demikian Boast & Martin (2001) dalam bukunya yang berjudul “Masters of Change”.
Sikap (mampu beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi) pada si kecoa dibenarkan oleh Charles Darwin (2015), penulis buku berjudul “The Origin of Species” bahwa kemampuan beradaptasi merupakan faktor yang menjadi modal utama untuk mampu bertahan hidup (survival of life)”.
Malcolm Gladwell (2013) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi si lemah mampu mengalahkan raksasa, yang kecil mampu mengalahkan yang besar dan seterusnya, antara lain: (1) kesalahan asumsi/hipotesis dan/atau perception of realities yang keliru. Kita sering keliru melihat raksasa dari ciri-ciri yang tampak yang justru ciri-ciri tersebut menjadi sumber kelemahannya. Contoh kasus, Ketika Goliath (raksasa) dan David (rakyat lemah) berkonflik, dengan beraninya si David mendatangi si Goliath dengan sebatang tongkat di taangannya. Dalam hatinya Si Goliath sempat berkata, “Apakah Aku ini seekor anjing?”. Singkat cerita, pertempuran tersebut dimenangkan oleh David si lemah itu: (2) kemenangan karena melakukan sesuatu dengan cara yang tidak biasa (full court press), John Naisbitt seorang pakar masa depan mengatakan, “Di dunia ini tidak ada cara kerja yang abadi, semua cara kerja mengalami perubahan. Mereka yang selalu memperbaharui cara kerja mereka adalah mereka yang mampu bertahan hidup, sebaliknya kekalahan selalu terjadi pada seseorang dan/atau sekelompok orang yang tidak mengalami perubahan cara kerjanya atau kerja dengan cara biasa-biasa/tidak inovatif; (3) mereka para pemenang karena toleransi/menerima apapun hasil kerjanya dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang dimilikinya sebagaimana metafora si kecoa di atas; dan (4) si lemah mengalahkan raksasa dampak dari komunikasi efektif sebagaimana contoh kelas kecil di atas.
Waren Buffet seorang `investor dunia menambahkan, “Tidak perlu melakukan hal-hal luar biasa untuk mendapatkan hasil yang luar biasa”. Dan mereka yang berkinerja tinggi bukanlah mereka yang cerdas dari pada yang lain, namun mereka yang mampu mengelola pikiran dan perasaannya, menggunakan cara berpikir yang benar, metode dan sumber daya manusia yang dahsyat.
Dua hal penting (kata kunci) yang harus dipahami dan dipraktekkan dalam kehidupan sukses yang membahagiakan berdasarkan prinsip Pareto, yakni: (1) pahami gagasan besarnya, temukakan esensi dari permasalahan yang sesungguhnya, jangan sebatas memahami gejala luarnya saja. Pendapat lain menegaskan bahwa suatu permasalahan dapat diselesaikan apabila didasarkan pada realitas yang sesungguhnya. Seorang motivator dunia mengatakan, “semua orang bisa mencapai keberhasilan, selama ia memulainya dari hasrat inti atau keinginan sesungguhnya”.
Bersadarkan uraian tersebut, penulis tegaskan bahwa jadilah kelompok kecil yang membuat perubahan besar, yakni memahami masalah sesugguhnya dan lebih focus menyelesaikannya. Dan jangan membiasakan diri memandang kelompok minoritas adalah lemah, demikian sebaliknya jangan menganggap bahwa kelompok mayorias adalah kuat. Kesalahan asumsi yang demikian itu seringkali menjadi awal dari semua kesalahan, kegagalan dan kekalahan
oleh Dr. Aswandi Dosen FKIP UNTAN
[learn_press_profile]